KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA NUSANTARA
YANG MULIA SRI PADUKA SULTAN
TAN SRI RADEN
SYED MOHD YUSOF TUN SYED NASIR
SEJARAH KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA
Sebelum menjadi kerajaan sendiri
,Kerajaan Siak tergabung dalam Kerajaan Riau-Johor. Pada tahun 1956 Raja Hasan
ditetapkan menjadi Raja Siak. Sesudah Raja Hasan di Kerajaan Siak tidak
ditempatkan lagi seorang raja, karena penempatan seorang raja memerlukan biaya
yang besar.
Berdasar
pertimbangan itulah pada tahun 1622 di Kerajaan Siak hanya diangkat seorang
Syahbandar (Kepala Pelabuhan). Syahbandar hanya bertugas memungut cukai
barang-barang yang masuk Sungai Siak.
Pada tahun
1699 Sultan Mahmud Syah II meninggal dunia ditangan LAKSMANA Megat Sri Rama.
Bendahara Paduka Raja Tun Abdul Jalil diangkat menjadi Sultan dengan gelar
Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV.
Sewaktu
terbunuhnya Sultan Mahmud Syah II, Raja Kecil masih dalam kandungan. Sampai
umur 7 tahun Raja Kecil disembunyikan dan dipelihara oleh Tumenggung Muar.
Untuk menyelamatkan anak tersebut dari ancaman raja yang berkuasa maka
diserahkan kepada Nakhoda Malin. Nakhoda Malin adalah seorang Saudagar asal
Minangkabau.
Oleh Nakhoda
Malin, Raja Kecil dibawa ke Jambi. Dengan menelusuri Sungai Batanghari,
akhirnya sampailah Nakhoda Malin di Minangkabau. Raja Kecil dibawa ke Istana
Pagarruyung-Minangkabau. Sewaktu Raja Pagarruyung “Yam Tuan Sakti” melihat anak
ini beliau sangat tertarik.
Nakhoda Malin
menamai anak ini Tuan Bujang. Dengan senang hati anak ini diserahkan oleh
Nakhoda Malin kepada Raja Pagarruyung. Anak Raja diserahkan kepada raja. Sirih
kembali ke gagangnya, pinang kembali ke tampuknya.
Oleh Raya
Pagarruyung Raja Kecil dididik sebgaimana layaknya anak seorang raja. Sejak
usia muda Raja Kecil dididik dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Ia
diajarkan berbagai ilmu sebagai bekal untuk menjadi raja. Pada malam hari Raja
Kecil juga diajarkan mengaji dan ilmu
pengetahuan agama lainnya.
Setelah
memiliki cukup ilmu dunia dan akhirat maka Raja Kecil menghadap Raja Pagarruyung. Ia menyampaikan maksudnya
kepada Raja untuk kembali ke Riau. Raja Kecil (Tuan Bujang) akan menuntut balas
atas kematian ayahandanya Sultan Mahmud Syah II.
Raja
Pagarruyung mengabulkan permohonan Raja Kecil. Raja Kecil diberi gelar “Yang Dipertuan
Kecil”. Kerajaan Pagarruyung membekali keberangkatan Raja Kecil. Ia didampingi
oleh 4 orang Hulubalang (tentara). Dilengkapi dengan sejumlah peralatan di
antaranya sebuah cap. Cap ini menerangkan bahwa pembawanya adalah Raja Kecil
putra Kerajaan Pagarruyung.
Raja Kecil
berangkat menuju Bukit batu di Bengkalis (Riau). Perjalanannya berjalan lancer,
tidak mendapat gangguan. Raja Pagarruyung yang minta kepada semua orang
Minangkabau supaya memberikan bantuan. Selama perjalanan penduduk selalu
memberikan bantuan dan menghormati Raja Kecil.
Bukit
batu oleh Raja Kecil dijadikan basis untuk persiapan menyerang Johor. Sementara
itu rencana Raja Kecil menyerang Johor telah tersebar luas. Rencana itu
mendapat dukungan dari pembesar dan rakyat Kerajaan Johor-Riau termasuk
Laksmana Megat Sri Rama.
Tanpa
perlawanan yang berarti, Raja Kecil berhasil menduduki Johor. Pada tahun 1718,
ia dinobatkan menjadi Raja Johor-Riau dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad
Syah. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV akhirnya menyerah.
Raja Kecil
member pengampunan kepada raja ini. Bahkan Raja Kecil tetap menghormatinya
sebagai orang besar kerajaan. Raja Kecil kebali mengangkatnya dalam jabatan
yang dahulu yaitu sebagai Bendahara.
Namun begitu
para pengikut Sultan Abdul Jalil Riayat IV terus mengadakan perlawanan. Mereka
bekerja sama dengan orang Bugis untuk melawan Raja Kecil. Raja Kecil segera
bertindak. Ia mengirim pasukan untuk menyerang pengikut bekas Raja Johor.
Benteng Seluyut dapat dikuasai oleh pasukan Raja Kecil pada tahun 1719.
Para pengikut
bekas Sultan Johor dan anak-anaknya akhirnya mundur ke Pahang. Untuk
menghindari pertentangan selanjutnya maka Raja Kecil memutuskan pindah ke Riau.
Kerajaan Riau Johor dibagi 2. Daerah Johor dan Pahang diserahkan kepada Sultan
Suleman. Daerah Siak dan sekitarnya diserahkan kepada Raja Kecil.
Di Riau
(Bintan) Raja Kecil membangun “Istana Berbunga Lawang Emas” ) ”pintu berukir
emas”. Dengan demikian berakhirlah peranan Raja Kecil sebagai Sultan Johor
Riau. Pada tahun 1723 Raja Kecil mendirikan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Gelar
Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah tetap dipergunakan. Secara resmi Raja Kecil
menjadi Sultan Siak yang Pertama.
Beliau
memerintah (1723-1746). Pada tahun 1746
pendiri kerajaan Siak ini mangkat (meninggal dunia). Sampai pemerintahan
Sultan ke tujuh Raja Siak masih keturunan Melayu Johor. Tetapi semenjak
pemerintahan Sultan ke delapan Raja Siak adalah campuran Melayu – Arab. Sultan
keduabelas (terakhir) Sultan Syarif Kasim II adalah keturunan Melayu-Arab.
Sultan Syarif
Kasim II dilahirkan pada tanggal 1 Desember 1893. Ayahnya Raja Siak ke sebelas
yaitu Sultan Syarif Kasim I yang
memerintah (1894-1908). Sudangkan ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri
Kerajaan Siak.
Sultan Syarif Kasim I berhasil membangun Negeri Siak.
Beliau menyusun adat-istiadat kerajaan. Memajukan perekonomian dengan membuat
perkebunan karet dan perkebunan sagu. Beliau juga berhasil memanfaatkan orang-orang
pandai sesuai dengan bidangnya untuk memajukan Negeri Siak.
Sultan juga mengadakan hubungan dagang dengan luar
negeri seperti : Belanda, Jerman, Italia, Perancis, Inggris, Mesir dan Turki.
Di Singapura Sultan Syarif Kasim I membuat rumah sewa untuk membantu kas
Kerajaan Siak.
Sultan kemudian mendirikan sebuah Istana yang besar
pada tahun 1893. Istana itu diberi nama Ïstana Asserayah Al Hasyimiah”. Dalam
masa pembangunan istana Sultan jatuh sakit. Beliau dirawat di Singapura dan
kemudian meninggal dunia pada tahun 1908.
Jenazah Sultan Syarif Kasim I dibawa dari Singapura ke
Siak. Sultan dimakamkan di pemakaman Kota Tinggi dengan upacara kebesaran.
Sultan diberi gelar ”Almarhum Baginda”.
Dalam pada itu putra mahkota Syarif Kasim II belum
dewasa. Untuk itu Dewan Kerajaan menunjuk pejabat sementara dua orang pembesar
kerajaan . Mereka itu adalah Tengku Besar Said Sagaf dan Datuk Lima Puluh.
Syarif Kasim II dipersiapkan oleh kerajaan untuk menggantikan ayahnya. Ia dididik
sebagaimana adat raja-raja. Pendidikan dilakukan di lingkungan Istana.
Pengajarnya juga dari kalangan Istana. Pendidikan yang diberikan adalah
pengetahuan umum dan pengetahuan agama Islam. Pendidikan fisik (ketrampilan)
seperti pencak silat juga tidak ketinggalan.
Pendidikan agama Islam diberikan secara khusus. Sultan
Syarif Kasim I adalah seorang raja yang taan menjalankan agama Islam. Lambang
Kerajaan Siak terbuat dari kayu berukir. Kayu Itu disebut dengan nama “Muhammad
Bertangkup” dalam huruf Arab.
Sultan Syarif Kasim I berusaha keras meningkatkan
kemakmuran kerajaan. Beliau menginginkan kerajaan dipimpin oleh anaknya yang
sempurna pendidikannya. Ia harus mempunyai pengetahuan Islam yang dalam dan
pengetahuan umum yang luas.
Pendidikan Agama Islam diberikan di dalam Istana,
sampai Syarif Kasim II berumur 12 tahun. Setelah pendidikan agama Islam mantap,
maka ia diberi kesempatan belajar di luar Kerajaan Siak. Tempat yang dituju
adalah Batavia (Jakarta).
Pada tahun 1904 Syarif Kasim II dikirim ke Batavia. Di
Batavia ia belajar mengenai Hukum Islam dari Sayed Husen Al Aidit. Di samping
itu Syarif Kasim II juga belajar Ilmu Hukum dan Ketatanegaraan. Ilmu itu
dipelajari pada “Institut Beck en Volten” dibawah pimpinan Prof. DR. Snouck
Hurgronye.
Selama belajar di Batavia Syarif Kasim tidak duduk di
bangku sekolah seperti sekolah biasa. Ia mempelajari dan mendalami ilmu secara
langsung kepada ahlinya. Baik itu ilmu agama maupun pengetahuan umum.
Pendidikan dilaksanakan secara perorangan (Individual), privat (les).
Pelajaran Agama Islam yang diberikan adalah untuk
memperdalam ilmu. Disamping itu pelajaran untuk memperdalam keyakinan juga
sangat dipentingkan. Sayed Husen Al Aidit adalah seorang ahli agama (Ulama)
terkenal di Batavia.
Pelajaran ilmu hukum dan ketatanegaraan lebih banyak
mengenai negara Eropa khususnya Belanda. Belanda adalah negara negara yang
sedang menjajah negara Indonesia pada waktu itu. Pemerintah kolonial
(Penjajahan) Belanda melalui Snouck Hurgronye berusaha mempengaruhi Syarif
Kasim II . Di samping memberikan ilmu juga dilakukan propaganda tentang
kebaikan Pemerintah Kolonial.
Pemerintah Kolonial Belanda berusaha benar
mempengaruhi Syarif Kasim II agar betul-betul memihak mereka. Selama masa
pendidikan Syarif Kasim II dilarang bergaul dengan orang luar, kecuali
orang-orang tertentu.
Pergerakan dengan tokoh Pergerakan Nasional dilarang
dengan keras. Pada waktu itu Pergerakan Nasional sedang mengalami kemajuan
pesat. Sarekat Islam (SI) telah berkembang hampir di seluruh tanah air kita.
Perkembangan ini sangat membahayakan Pemerintah Kolonial.
Masa libur (vacantie) Syarif Kasim II juga diatur dan
dibatasi. Pada mulanya ia tidak diizinkan libur ke Siak. Syarif Kasim II hanya
diizinkan libur ke Langkat. Baru pada tahun 1911 ia diizinkan ke Siak.
Pada tanggal 27 Oktober 1912 Syarif Kasim II
melangsungkan pernikahannya dengan Tengku Syarifah Latifah. Pada saat
penobatannya sebagai Sultan Siak istrinya resmi menjadi permaisuri dengan gelar
Tengku Agung. Perkawinan ini tidak membuahkan keturunan. Pada tahun 1929
permaisuri Tengku Agung mangkat (meninggal dunia).
Pada tahun 1915 Syarif Kasim II dapat menyelesaikan
pendidikannya. Setelah menyelesaikan pendidikan ia segera kembali ke Siak.
Sesampai di kerajaan Siak tugas berat sudah menunggu Syarif Kasim II. Jabatan
Sultan Kerajaan Siak harus segera dipikulnya.
Pada tanggal 9 Maret 1915 Syarif Kasim II dilantik
menjadi Sultan Siak ke duabelas. Pada saat itu usianya baru 23 tahun. Sebagai
raja ia diberi gelar “Sultan Assyaidis Syarif Kasim Kasim Abdul Jalil
Syaifuddin” atau lebih terkenal dengan Sultan Syarif Kasim II.
SUMBER LAIN : http://202.190.126.92/utusan/info.asp?y=2010&dt=1211&pub=Utusan_Malaysia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_23.htm
WATIKAH PENOBATAN SRI PADUKA SULTAN
RADEN TAN SRI SYED MOHD YUSOF BIN TUN SYED NASIR
KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA DISAMPAIKAN OLEH SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA
SRI PADUKA SULTAN KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA
DINOBATKAN DIHADAPAN SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA OLEH SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO KERAJAAN DEMAK NUSANTARA
DINOBATKAN DIHADAPAN SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA OLEH SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO KERAJAAN DEMAK NUSANTARA
DARI KANAN : SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA,SRI PADUKA SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO DEMAK BERSAMA KANJENG RATU SULTAN DEMAK
DARI KANAN : SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA,SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO DEMAK,SRI PADUKA SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,TENGKU MOKHTAR KETUA ADAT RESAM SIAK
SRI PADUKA SULTAN SIAK BERSAMA KANJENG RATU SRI PADUKA PERMAISURI
DARI KANAN : KANJENG SRI RATU NOTOBROTO,SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA,SRI PADUKA SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,SRI PADUKA PEMAISURI SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO DEMAK,KANJENG RATU SRI PEMAISURI DEMAK
TAHNIAH KEPADA TAN SRI MOHD YUSOF BIN TUN SYED NASIR
MENERIMA GELARAN : PANGERAN SRI LELA WANGSA (DK) KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA
SILSILAH RAJA SIAK