Tuesday, 24 July 2012

KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA NUSANTARA




KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA NUSANTARA 



YANG MULIA SRI PADUKA SULTAN
 TAN SRI RADEN 
SYED MOHD YUSOF TUN SYED NASIR

SEJARAH  KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA

            Sebelum menjadi kerajaan sendiri ,Kerajaan Siak tergabung dalam Kerajaan Riau-Johor. Pada tahun 1956 Raja Hasan ditetapkan menjadi Raja Siak. Sesudah Raja Hasan di Kerajaan Siak tidak ditempatkan lagi seorang raja, karena penempatan seorang raja memerlukan biaya yang besar.
Berdasar pertimbangan itulah pada tahun 1622 di Kerajaan Siak hanya diangkat seorang Syahbandar (Kepala Pelabuhan). Syahbandar hanya bertugas memungut cukai barang-barang yang masuk Sungai Siak.
Pada tahun 1699 Sultan Mahmud Syah II meninggal dunia ditangan LAKSMANA Megat Sri Rama. Bendahara Paduka Raja Tun Abdul Jalil diangkat menjadi Sultan dengan gelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV.
Sewaktu terbunuhnya Sultan Mahmud Syah II, Raja Kecil masih dalam kandungan. Sampai umur 7 tahun Raja Kecil disembunyikan dan dipelihara oleh Tumenggung Muar. Untuk menyelamatkan anak tersebut dari ancaman raja yang berkuasa maka diserahkan kepada Nakhoda Malin. Nakhoda Malin adalah seorang Saudagar asal Minangkabau.
Oleh Nakhoda Malin, Raja Kecil dibawa ke Jambi. Dengan menelusuri Sungai Batanghari, akhirnya sampailah Nakhoda Malin di Minangkabau. Raja Kecil dibawa ke Istana Pagarruyung-Minangkabau. Sewaktu Raja Pagarruyung “Yam Tuan Sakti” melihat anak ini beliau sangat tertarik.
Nakhoda Malin menamai anak ini Tuan Bujang. Dengan senang hati anak ini diserahkan oleh Nakhoda Malin kepada Raja Pagarruyung. Anak Raja diserahkan kepada raja. Sirih kembali ke gagangnya, pinang kembali ke tampuknya.
Oleh Raya Pagarruyung Raja Kecil dididik sebgaimana layaknya anak seorang raja. Sejak usia muda Raja Kecil dididik dalam ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Ia diajarkan berbagai ilmu sebagai bekal untuk menjadi raja. Pada malam hari Raja Kecil juga  diajarkan mengaji dan ilmu pengetahuan agama lainnya.
Setelah memiliki cukup ilmu dunia dan akhirat maka Raja Kecil menghadap  Raja Pagarruyung. Ia menyampaikan maksudnya kepada Raja untuk kembali ke Riau. Raja Kecil (Tuan Bujang) akan menuntut balas atas kematian ayahandanya Sultan Mahmud Syah II.
Raja Pagarruyung mengabulkan permohonan Raja Kecil. Raja Kecil diberi gelar “Yang Dipertuan Kecil”. Kerajaan Pagarruyung membekali keberangkatan Raja Kecil. Ia didampingi oleh 4 orang Hulubalang (tentara). Dilengkapi dengan sejumlah peralatan di antaranya sebuah cap. Cap ini menerangkan bahwa pembawanya adalah Raja Kecil putra Kerajaan Pagarruyung.
Raja Kecil berangkat menuju Bukit batu di Bengkalis (Riau). Perjalanannya berjalan lancer, tidak mendapat gangguan. Raja Pagarruyung yang minta kepada semua orang Minangkabau supaya memberikan bantuan. Selama perjalanan penduduk selalu memberikan bantuan dan menghormati Raja Kecil.

      
          Bukit batu oleh Raja Kecil dijadikan basis untuk persiapan menyerang Johor. Sementara itu rencana Raja Kecil menyerang Johor telah tersebar luas. Rencana itu mendapat dukungan dari pembesar dan rakyat Kerajaan Johor-Riau termasuk Laksmana Megat Sri Rama.
Tanpa perlawanan yang berarti, Raja Kecil berhasil menduduki Johor. Pada tahun 1718, ia dinobatkan menjadi Raja Johor-Riau dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah IV akhirnya menyerah.
Raja Kecil member pengampunan kepada raja ini. Bahkan Raja Kecil tetap menghormatinya sebagai orang besar kerajaan. Raja Kecil kebali mengangkatnya dalam jabatan yang dahulu yaitu sebagai Bendahara.
Namun begitu para pengikut Sultan Abdul Jalil Riayat IV terus mengadakan perlawanan. Mereka bekerja sama dengan orang Bugis untuk melawan Raja Kecil. Raja Kecil segera bertindak. Ia mengirim pasukan untuk menyerang pengikut bekas Raja Johor. Benteng Seluyut dapat dikuasai oleh pasukan Raja Kecil pada tahun 1719.
Para pengikut bekas Sultan Johor dan anak-anaknya akhirnya mundur ke Pahang. Untuk menghindari pertentangan selanjutnya maka Raja Kecil memutuskan pindah ke Riau. Kerajaan Riau Johor dibagi 2. Daerah Johor dan Pahang diserahkan kepada Sultan Suleman. Daerah Siak dan sekitarnya diserahkan kepada Raja Kecil.
Di Riau (Bintan) Raja Kecil membangun “Istana Berbunga Lawang Emas” ) ”pintu berukir emas”. Dengan demikian berakhirlah peranan Raja Kecil sebagai Sultan Johor Riau. Pada tahun 1723 Raja Kecil mendirikan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Gelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah tetap dipergunakan. Secara resmi Raja Kecil menjadi Sultan Siak yang Pertama.
Beliau memerintah (1723-1746). Pada tahun 1746  pendiri kerajaan Siak ini mangkat (meninggal dunia). Sampai pemerintahan Sultan ke tujuh Raja Siak masih keturunan Melayu Johor. Tetapi semenjak pemerintahan Sultan ke delapan Raja Siak adalah campuran Melayu – Arab. Sultan keduabelas (terakhir) Sultan Syarif Kasim II adalah keturunan Melayu-Arab.
Sultan Syarif Kasim II dilahirkan pada tanggal 1 Desember 1893. Ayahnya Raja Siak ke sebelas yaitu Sultan Syarif Kasim  I yang memerintah (1894-1908). Sudangkan ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri Kerajaan Siak.
Sultan Syarif Kasim I berhasil membangun Negeri Siak. Beliau menyusun adat-istiadat kerajaan. Memajukan perekonomian dengan membuat perkebunan karet dan perkebunan sagu. Beliau juga berhasil memanfaatkan orang-orang pandai sesuai dengan bidangnya untuk memajukan Negeri Siak.
Sultan juga mengadakan hubungan dagang dengan luar negeri seperti : Belanda, Jerman, Italia, Perancis, Inggris, Mesir dan Turki. Di Singapura Sultan Syarif Kasim I membuat rumah sewa untuk membantu kas Kerajaan Siak.
Sultan kemudian mendirikan sebuah Istana yang besar pada tahun 1893. Istana itu diberi nama Ïstana Asserayah Al Hasyimiah”. Dalam masa pembangunan istana Sultan jatuh sakit. Beliau dirawat di Singapura dan kemudian meninggal dunia pada tahun 1908.


       Jenazah Sultan Syarif Kasim I dibawa dari Singapura ke Siak. Sultan dimakamkan di pemakaman Kota Tinggi dengan upacara kebesaran. Sultan diberi gelar ”Almarhum Baginda”.
Dalam pada itu putra mahkota Syarif Kasim II belum dewasa. Untuk itu Dewan Kerajaan menunjuk pejabat sementara dua orang pembesar kerajaan . Mereka itu adalah Tengku Besar Said Sagaf dan Datuk Lima Puluh.
Syarif Kasim II dipersiapkan oleh kerajaan  untuk menggantikan ayahnya. Ia dididik sebagaimana adat raja-raja. Pendidikan dilakukan di lingkungan Istana. Pengajarnya juga dari kalangan Istana. Pendidikan yang diberikan adalah pengetahuan umum dan pengetahuan agama Islam. Pendidikan fisik (ketrampilan) seperti pencak silat juga tidak ketinggalan.
Pendidikan agama Islam diberikan secara khusus. Sultan Syarif Kasim I adalah seorang raja yang taan menjalankan agama Islam. Lambang Kerajaan Siak terbuat dari kayu berukir. Kayu Itu disebut dengan nama “Muhammad Bertangkup” dalam huruf Arab.
Sultan Syarif Kasim I berusaha keras meningkatkan kemakmuran kerajaan. Beliau menginginkan kerajaan dipimpin oleh anaknya yang sempurna pendidikannya. Ia harus mempunyai pengetahuan Islam yang dalam dan pengetahuan umum yang luas.
Pendidikan Agama Islam diberikan di dalam Istana, sampai Syarif Kasim II berumur 12 tahun. Setelah pendidikan agama Islam mantap, maka ia diberi kesempatan belajar di luar Kerajaan Siak. Tempat yang dituju adalah Batavia (Jakarta).
Pada tahun 1904 Syarif Kasim II dikirim ke Batavia. Di Batavia ia belajar mengenai Hukum Islam dari Sayed Husen Al Aidit. Di samping itu Syarif Kasim II juga belajar Ilmu Hukum dan Ketatanegaraan. Ilmu itu dipelajari pada “Institut Beck en Volten” dibawah pimpinan Prof. DR. Snouck Hurgronye.
Selama belajar di Batavia Syarif Kasim tidak duduk di bangku sekolah seperti sekolah biasa. Ia mempelajari dan mendalami ilmu secara langsung kepada ahlinya. Baik itu ilmu agama maupun pengetahuan umum. Pendidikan dilaksanakan secara perorangan (Individual), privat (les).
Pelajaran Agama Islam yang diberikan adalah untuk memperdalam ilmu. Disamping itu pelajaran untuk memperdalam keyakinan juga sangat dipentingkan. Sayed Husen Al Aidit adalah seorang ahli agama (Ulama) terkenal di Batavia.
Pelajaran ilmu hukum dan ketatanegaraan lebih banyak mengenai negara Eropa khususnya Belanda. Belanda adalah negara negara yang sedang menjajah negara Indonesia pada waktu itu. Pemerintah kolonial (Penjajahan) Belanda melalui Snouck Hurgronye berusaha mempengaruhi Syarif Kasim II . Di samping memberikan ilmu juga dilakukan propaganda tentang kebaikan Pemerintah Kolonial.
Pemerintah Kolonial Belanda berusaha benar mempengaruhi Syarif Kasim II agar betul-betul memihak mereka. Selama masa pendidikan Syarif Kasim II dilarang bergaul dengan orang luar, kecuali orang-orang tertentu.
Pergerakan dengan tokoh Pergerakan Nasional dilarang dengan keras. Pada waktu itu Pergerakan Nasional sedang mengalami kemajuan pesat. Sarekat Islam (SI) telah berkembang hampir di seluruh tanah air kita. Perkembangan ini sangat membahayakan Pemerintah Kolonial.
Masa libur (vacantie) Syarif Kasim II juga diatur dan dibatasi. Pada mulanya ia tidak diizinkan libur ke Siak. Syarif Kasim II hanya diizinkan libur ke Langkat. Baru pada tahun 1911 ia diizinkan ke Siak.
Pada tanggal 27 Oktober 1912 Syarif Kasim II melangsungkan pernikahannya dengan Tengku Syarifah Latifah. Pada saat penobatannya sebagai Sultan Siak istrinya resmi menjadi permaisuri dengan gelar Tengku Agung. Perkawinan ini tidak membuahkan keturunan. Pada tahun 1929 permaisuri Tengku Agung mangkat (meninggal dunia).
Pada tahun 1915 Syarif Kasim II dapat menyelesaikan pendidikannya. Setelah menyelesaikan pendidikan ia segera kembali ke Siak. Sesampai di kerajaan Siak tugas berat sudah menunggu Syarif Kasim II. Jabatan Sultan Kerajaan Siak harus segera dipikulnya.
Pada tanggal 9 Maret 1915 Syarif Kasim II dilantik menjadi Sultan Siak ke duabelas. Pada saat itu usianya baru 23 tahun. Sebagai raja ia diberi gelar “Sultan Assyaidis Syarif Kasim Kasim Abdul Jalil Syaifuddin” atau lebih terkenal dengan Sultan Syarif Kasim II.


SUMBER  :  Buku hal 19 - 22

SUMBER LAIN : http://202.190.126.92/utusan/info.asp?y=2010&dt=1211&pub=Utusan_Malaysia&sec=Dalam_Negeri&pg=dn_23.htm







WATIKAH PENOBATAN SRI PADUKA SULTAN 
RADEN TAN SRI SYED MOHD YUSOF BIN TUN SYED NASIR
KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA DISAMPAIKAN OLEH SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA


SRI PADUKA SULTAN KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA
DINOBATKAN DIHADAPAN SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA OLEH SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO KERAJAAN DEMAK NUSANTARA


DARI KANAN : SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA,SRI PADUKA SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO DEMAK BERSAMA KANJENG RATU SULTAN DEMAK


DARI KANAN : SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA,SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO DEMAK,SRI PADUKA SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,TENGKU MOKHTAR KETUA ADAT RESAM SIAK


SRI PADUKA SULTAN SIAK BERSAMA KANJENG RATU SRI PADUKA PERMAISURI 



DARI KANAN : KANJENG SRI RATU NOTOBROTO,SRI SULTAN NOTOBROTO NUSANTARA,SRI PADUKA SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,SRI PADUKA PEMAISURI SULTAN SIAK SRI INDERAPURA,SRI SULTAN SURYOALAM JOYOKUSUMO DEMAK,KANJENG RATU SRI PEMAISURI DEMAK


TAHNIAH KEPADA TAN SRI MOHD YUSOF BIN TUN SYED NASIR
MENERIMA GELARAN : PANGERAN SRI LELA WANGSA (DK) KERAJAAN SIAK SRI INDERAPURA

SILSILAH RAJA SIAK 












SENARAI PENERIMA ANUGERAH SEMPENA ULANGTAHUN D.Y.M.M. SRI SULTAN SORYO ALAM JOYOKUSUMO KARATON GLAGAHWANGI DEMAK TAHUN 2011